Jakarta – Sama-sama buatan anak bangsa,
vaksin Nusantara berbeda dengan vaksin Merah-putih. Selain dari sisi teknologi yang diusungnya, perbedaan juga ada pada pihak yang terlibat dalam pengembangannya.Vaksin Nusantara adalah
rebranding dari
Vaksin Joglosemar, vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, dengan menggandeng PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama AIVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat.Pengembangan vaksin ini digagas pada akhir 2020, ketika Terawan Agus Putranto masih menjabat Menteri Kesehatan. Pendanaan riset vaksin Nusantara juga mendapat dukungan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes.
Dari sisi teknologi, penggunaan sel dendritik memungkinkan vaksin ini diproduksi secara
personalized, disesuaikan kondisi tiap pasien. Karenanya, vaksin ini cocok diberikan pada individu dengan penyakit komorbid yang tidak bisa mendapatkan vaksin biasa.Kelebihan ini sekaligus menjadi kekurangan vaksin Nusantara. Menurut sejumlah pakar biologi molekular, teknologi sel dendritik yang sebelumnya lazim dipakai pada terapi kanker, terlalu rumit diterapkan untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Bagaimana dengan Vaksin Merah-Putih?
Jika vaksin Nusantara adalah nama sebuah vaksin,
Vaksin Merah-Putih sebenarnya tidak merujuk pada satu jenis vaksin saja, melainkan sekelompok kandidat vaksin yang dikembangkan oleh konsorsium riset di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).“Definisi vaksin Merah Putih adalah vaksin (Corona) yang bibitnya diteliti dan dikembangkan di Indonesia,” kata Menristek Prof Bambang Brodjonegoro.Di dalam konsorsium ini, ada 7 lembaga yang turut mengembangkan vaksin Merah-Putih, masing-masing dengan platform yang berbeda. Dari 7 lembaga tersebut, 5 di antaranya berada di bawah perguruan tinggi.
Institut Teknologi Bandung (ITB)
Platform: Vector AdenovirusUniversitas Padjadjaran (Unpad)
Platform: Protein recombinantUniversitas Indonesia (UI)
Platform: DNA, mRNA, dan Virus-like-particlesUniversitas Gadjah Mada (UGM)
Platform: Protein recombinantUniversitas Airlangga (Unair)
Adenovirus dan Adeno-Associated Virus-BasedSedangkan dua pengembang
vaksin Merah-Putih di luar perguruan tinggi adalah:
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
Platform: Sub-unit protein rekombinan (mamalia) dan Sub-unit rekombinan (yeast).Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Platform: Protein recombinant.