3 Fakta Vaksin Merah Putih Unair, Karya Anak Bangsa yang Masuk Uji Preklinik

wordpress
Jakarta – Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) sudah memulai uji pre klinik pada hewan sejak 9 April 2021. Riset vaksin ini melibatkan sejumlah varian Corona baru yang belakangan dikhawatirkan ‘kebal’ pada antibodi pasca vaksinasi. Vaksin Merah Putih besutan Unair juga menggunakan tiga metode dalam proses pengembangannya. Dirangkum detikcom, berikut fakta-fakta terbaru vaksin Merah Putih Unair sejauh ini.

Hasil uji preklinik sejauh ini

Menurut penuturan Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih, kondisi hewan makaka kini dalam kondisi sehat dan bugar usai menerima vaksin Merah Putih. Namun, penelitian baru berjalan sepekan, sehingga diperlukan pengamatan lebih jauh.
“Keadaan sehat walafiat, masih tetap lincah, masih tetap bugar hewan-hewan yang kita suntikan dengan virus kita,” kata Nasih di Gedung Rektorat, Selasa (20/4/2021). Nasih menjelaskan masih menunggu dua pekan ke depan untuk akhirnya bisa melakukan evaluasi dari uji preklinik. Terlebih, vaksin yang dikembangkan diteliti pada sejumlah mutasi dan varian Corona seperti D614G, Corona B117, E484K atau varian ‘Eek’, dan B1525. “Kita akan menunggu beberapa hari lagi 14 hari kemudian kita lihat lagi, perlu tahapan dan perlu yang seksama,” ujarnya.

Target selesai 3 bulan

Uji preklinik hewan makaka di vaksin Merah Putih ditargetkan rampung 3 bulan. Sebelum akhirnya menjalani uji klinis dalam hitungan 8 bulan. “Mudah-mudahan semuanya kelar, ditambah dengan 8 bulan mulai dari Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember, Januari, jadi 11 bulan lagi atau 10 bulan lagi ke depan mudah-mudahan selesai,” tandasnya.

Butuh berapa relawan saat uji klinis di manusia?

Pihak Unair mengaku masih menunggu arahan BPOM terkait jumlah relawan di uji vaksin Merah Putih, usai melakukan uji preklinik. “Belum, kami menunggu BPOM fase I berapa orang yang diambil dari mana saja BPOM yang akan merekomendasikan. Kemudian fase 2 berapa orang, itu kawan-kawan BPOM yang akan menentukan,” kata Nasih di Gedung Rektorat, Selasa (20/4/2021).

Teknologi yang dipakai

Vaksin Merah Putih besutan Unair menggunakan teknologi yang juga dipakai Sinovac, yaitu inactivated virus ditambah dua metode ‘next generation’ yang lebih mutakhir. Teknologi ini dipilih lantaran hasil yang didapat disebut lebih cepat dibanding metode lain. “Yang next generation adalah peptide berbasis peptida dan kedua adalah viral vector,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Rektorat Unair, Senin (19/4/2021). Dua metode lain selain inactivated virus diakui para peneliti adalah terobosan dalam pengembangan vaksin. Hal ini dikarenakan belum banyak peneliti yang melakukan pengembangan vaksin dengan metode ini. “Dalam perjalanan yang next generation itu, sampai hari ini masih kita lakukan penelitiannya. Yang inactivated ini berjalan lebih cepat,” ujarnya “Ini salah satu strategi scientist di Unair dengan berbagai ilmu bersatu padu. Yang mana yang memungkinkan lebih awal dengan hasil lab bisa dipertanggungjawabkan maka akan diteruskan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *